Banyaknya
pertanyaan mengenai kegagalan
belajar ilmu ghaib khususnya tentang
indera keenam, saya khawatir banyak
yang telah salah dalam memahami
tentang indera keenam ini.
Sebenarnya kemampuan indera
keenam tidak bisa ditransfer ke orang
lain, seperti yang banyak dipahami itu.
Semua itu hanyalah bahasa iklan.
Kalaupun ada guru atau paranormal
yang katanya bisa melakukannya,
seringkali itu adalah transfer khodam
JIN. Dengan bantuan khodam
tersebut, sang murid bisa tahu hal-hal
ghaib. Dan jelas bahwa sejatinya ia
tidak mempunyai kemampuan indera
keenam. Bila khodamnya telah pergi,
atau dicabut oleh orang lain yang lebih
sakti, maka ia tak bisa lagi tahu hal
ghaib. Dari pengalaman, berkolaborasi
dengan khodam JIN membawa
dampak yang kurang baik. Indera
keenam, sejatinya adalah kemampuan
terpendam dari manusia. Jadi tak perlu
bersekutu dengan JIN. Karena pada
hakekatnya kita bisa
mendayagunakannya bila saja kita
tahu caranya.
Indera keenam hanya bisa bangkit
atau muncul bila seseorang senantiasa
mengendapkan pikiran, jiwa dan
raganya. Dengan cara bermeditasi /
bertapa / tafakur / kontemplasi dan
diiringi dengan menjaga 9 lubang di
tubuh manusia (babagan howo
songo). Cara-caranya bisa dipelajari.
Yang dibutuhkan hanya ketekunan
dan kemauan.
Dari cara tersebut, nanti akan terjadi
loncatan indera. Yaitu dari PANCA
indera (5 indera) ke Indera ke enam.
Prosesnya seperti orang tidur, tahu-
tahu terjadi begitu saja. Saat kita
berbaring akan beranjak tidur,
memakai selimut lalu menutup mata,
tahu-tahu terlelap masuk alam mimpi.
Apakah ada orang yang sadar bahwa
dirinya telah tertidur?? Tentu saja tidak.
Batas kesadarannya tipis sekali.
Begitulah kira-kira terjadinya proses
loncatan indera ini.
Belum tentu orang yang telah
berpuasa bertahun-tahun atau
membaca wirid & dzikir beribu-ribu
kali, kemudian bisa memiliki
kemampuan indera keenam. Semua
bentuk lelaku tersebut bukan inti dari
ilmu ghaib. Puasa, wirid-an, baca
dzikir, meditasi dan sebagainya itu
hanyalah sarana untuk mencapai
pengendapan pikiran, jiwa dan raga
agar bisa masuk dalam kekedalaman
rasa (rasa sejati). Setelah terjadi
pengendapan (hening) lalu terjadilah
loncatan indera ini, dari panca indera
ke indera ke enam.
Banyak orang / murid yang gagal dan
jenuh dalam mengamalkan ilmu.
Akhirnya tidak ada yang didapat.
Semua itu karena mempunyai
anggapan bahwa dengan
menyelesaikan puasa beberapa hari
dan membaca dzikir sekian ratus atau
ribuan kali kemudian berpikir bisa ini-
itu. Tidak demikian.
Kebanyakan murid yang berhasil
adalah mereka yang ketika membaca
wirid hanyut dalam keheningan dzikir.
Entah disadari atau tidak. Semua
organ tubuh, pikiran, jiwanya telah
tenang, mengendap ke kedalaman
rasa. Nah saat itulah terjadi loncatan
indera ini.
Jadi bukan mereka yang telah
menyelesaikan bacaan wirid sekian
ribu kali, yang akan berhasil. Tapi
sekali lagi, mereka yang bisa
mengendapkan pikiran, jiwa dan raga
dalam keheningan yang sejati.
Persis seperti kata pepatah: "batu
pecah bukan karena pukulan keseratus
kali, tapi karena dipukul terus-
menerus"
Semakin banyak jumlah wirid yang
dibaca, harapannya jiwa jadi semakin
tenang, pikiran semakin fokus (tidak
membayangkan kemana-mana),
akhirnya bisa masuk menuju
kekedalaman rasa. Di wilayah inilah hal
ghaib akan terjadi.
Namun kenyataan yang diamalkan
murid ternyata tidak demikian, mereka
lebih fokus untuk menyelesaikan
bacaan, lebih fokus telah
menyelesaikan puasa, lebih fokus
telah melengkapi sesaji dan
sebagainya. Akhirnya sia-sia, tidak ada
yang didapat. Karena tidak tahu inti
dari semua lelaku itu.
Akhirnya muncul pertanyaan klasik.
"Saya sudah menyelesaikan ritual
puasa dan wiridnya tapi koQ tidak
berhasil ya?!"
Fungsi Indera Keenam
Kita telah tahu fungsi dari panca indera
(5 indera), lalu bagaimana dengan
indera yang keenam itu?
Indera ke enam merupakan
kemampuan seseorang dalam
menangkap sinyal-sinyal ghaib dan
hal-hal yang belum terjadi. Bentuknya
kebanyakan berupa pertanda lewat
wangsit / bisikan / pengelihatan atau
bisa juga lewat mimpi. Seperti intuisi,
tapi lebih tajam. Bila kemampuan
intuisi adalah hasil dari pengalaman,
maka indera keenam tidak butuh
pengalaman.
Contohnya, seorang pedagang
profesional dengan intuisi dan insting
dagangnya yang telah terasah dari
pengalaman bertahun-tahun, ia bisa
memprediksikan jalannya alur
ekonomi. Namun bagi paranormal
tidak perlu menjadi pedagang untuk
bisa memprediksikan masa depan
ekonomi. Lewat kemampuan indera
keenamnya ia bisa tahu, meski tidak
pernah mengikuti perkembangan
ekonomi. Begitu juga dalam hal-hal
yang lainnya.
Setelah indera ke enam, masih ada lagi
indera ketujuh, kedelapan dan
seterusnya. Setiap indera mempunyai
kemampuan sendiri-sendiri. Para Nabi
dan rasul adalah orang-orang yang
telah melampui indera keenam. Selain
mereka, ada juga orang awam yang
diberi kemampuan tersebut. Apapun
agama dan keyakinannya. Hanya
mereka yang betul-betul telah bisa
mengurai misteri dalam dirinya
dengan sempurna yang bisa memiliki
kemampuan itu. Ya, indera keenam
adalah kemampuan yang beranjak
dari hasil mengurai misteri diri kita
sendiri.